Pelatihan Autoetnografi-Warga di Semarang: Pertemuan Pertama

Pada (17/09/2023) berlangsung pelatihan menulis autoetnografi-warga di Kedai Kopi Kang Putu (Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang). Menurut rencana, penelitian ini akan berlangsung selama tiga pertemuan. Sesi pertama diisi perkenalan dan diskusi. Pertemuan kedua diisi materi tentang teknis tulisan. Sementara sesi ketiga diisi substansi tulisan. Pelatihan ini difasilitasi oleh seorang penulis cerita pendek (cerpen), novel, dan sekaligus mantan penyunting di koran Suara Merdeka, Gunawan Budi Susanto.

Pertemuan pertama dihadiri 11 warga perempuan dari berbagai daerah di Semarang dan sekitarnya. Gunawan membuka sesi dengan menceritakan pengalaman pribadi sebagai orang yang tumbuh berkembang di Blora, lalu bermukim di Semarang sejak awal 1980-an dalam berhubungan dengan air. Gunawan mulai pindah ke daerah Gunungpati 2006. Saat itu sumber air (sumur gali) masih melimpah, namun kini lambat laun terus menyusut terutama pada musim kemarau. Ketika merespon kekeringan air semacam itu, dalam pengalaman Gunawan, perempuan acap lebih rasional daripada laki-laki yang seringkali emosional. Karena itu, menurutnya, pengalaman perempuan menyangkut air sangat penting untuk dituliskan.

Dalam penjelasannya, Gunawan menyampaikan bahwa menulis (tentang air) tidak ada hubungannya dengan tamatan sekolah, usia, atau agama. Gunawan meminta peserta untuk tidak takut untuk menulis memakai bahasa yang paling dikenal atau sering dipakai.  Kemudian Gunawan meminta warga agar jangan beranggapan bahwa pengalaman pribadinya tidak berharga. Sebab menurut Gunawan,  pengalaman pribadi justru sumber pengetahuan yang lebih otentik. Tentang menulis, Gunawan mengingatkan bahwa tidak ada tulisan yang baik atau buruk: yang ada tulisan jujur. Pada intinya tetap saja menulis dengan fokus pada pengalaman sehari-hari; apa yang dirasakan sejak bangun tidur sampai tidur lagi; sejak kecil sampai dewasa.

Dalam sesi diskusi, warga mulai menceritakan pengalaman pribadinya menyangkut air. Cerita warga berbeda-beda, karena tidak semua berasal dari daerah dan/atau punya sumber air yang sama. Beberapa warga juga sudah mulai melihat bahwa apa yang dirasakan warga di daerah yang lebih tinggi (hulu) berhubungan dengan warga di daerah hilir. Namun Gunawan mengingatkan untuk melupakan sejenak hubungan hulu-hilir tersebut; apa itu autoetnografi; dan apa saja dampak atau bentuk merawat air. Yang terpenting saat ini adalah coba menulis terlebih dahulu.

Menurut rencana, pertemuan kedua akan berlangsung pada 24 September 2023. Tugas untuk pertemuan kedua adalah membawa hasil tulisan sementara. Tulisan tersebut akan sama-sama didiskusikan dengan orang lain. Sampai jumpa! (BYK)

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *